Sabtu, 18 Juni 2016

Pteridophyta



BAB I
PENDAHULUAN



1.1     Latar Belakang
Tumbuhan paku adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil sekarang ditambang orang sebagai batu bara.

1.2     Rumusan Masalah
             1.2.1     Bagaimanakah karakteristik dari Equisetophyta dan pterophyta?
             1.2.2     Bagaimanakah klasifikasi dari Equisetophyta dan pterophyta?
             1.2.3     Bagaimana cara reproduksi Equisetophyta dan pterophyta?
             1.2.4     Apa manfaat Equisetophyta dan pterophyta bagi kehidupan manusia?

1.3     Tujuan
Tujuan kami menyusun makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani cryptogamae, juga memiliki tujuan:
             1.3.1     Mengetahui karakteristik Equisetophyta dan pterophyta.
             1.3.2     Mengetahui klasifikasi Equisetophyta dan pterophyta.
             1.3.3     Memahami reproduksi dari Equisetophyta dan pterophyta.
             1.3.4     Mengetahui manfaat Equisetophyta dan pterophyta bagi manusia.
           
BAB II
PEMBAHASAN



2.1     Karakteristik Equisetophyta
Tumbuhan paku kelas ini memeiliki batang yang mirip dengan ekor kuda, memiliki daun mirip kawat, dan daunnya tersusun dalam satu lingkaran. Tumbuhan paku kelas ini dikenal juga dengan sebutan paku ekor kuda. Warga kelas ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat lembab. Tumbuhan ekor kuda yang mudah terlihat adalah generasi sporofit. Pembelahan meiosis terjadi dalam sporangia, dan spora haploid dilepaskan. Ekor kuda adalah homospora. Gametofit biseksual yang berkembang dari spora hanya memiliki panjang beberapa meter, tetapi tumbuhan ekor kuda berfotosintesis dan hidup bebas (tidak bergantung pada sporofit untuk makanan) (Campbell, Reece, Mitchell, 2003 : 165).
Equisetophyta ini struktur batangnya lurus berlubang memiliki ruas-ruas, dan lilitan daun atau batang kecil akan muncul di ruas tersebut. Pada ujung beberapa batang Equisetum terdapat struktur yang mirip kerucut, yang mengandung sporangia. Epidermis, lapisan luar sel-selnya, mengandung silica, yang menyebabkan tumbuhan tersebut mempunyai tekstur berpasir. Sebelum adanya alat penggosok dan baja, orang menggunakan batang ekor kuda yang abrasive itu untuk menggosok pot dan kuali, itulah sebabnya mengapa tumbuhan ini juga dikenal dengan nama tumbuhan penggosok (Campbell, Reece, Mitchell, 2003 : 165).
Batang paku ekor kuda memiliki rhizoma yang pada ujungnya terdapat strobilus dimana struktur anatomi batang tersebut terdapat sporangia. Sporangium akan menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, namun ada juga yang berjenis jantan maupun betina, sehingga paku ekor kuda disebut juga sebagai paku peralihan (menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama besar tetapi sebagian berkelamin jantan dan ada yang betina).
Paku ekor kuda (Equisetophyta), ciri-ciri paku ini yaitu cabangnya berkarang, beruas-ruas, memiliki banyak daun dan memiliki homospora pada konus di ujung batang. Habitatnya di darat dan rawa-rawa. Contohnya : Equisetum (Sati Hariyanto, 2015 : 78). Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh Equisetophyta (ekor kuda), yaitu :
1)        Memiliki percabangan batang yang khas berbentuk ulir atau lingkaran sehingga menyerupai ekor kuda.
2)        Sporofitnya berdaun kecil atau berbentuk sisik warnanya transparan dan tersusun melingkar pada batang.
3)        Gametofitnya berukuran kecil dan mengandung klorofil.
4)        Memiliki tinggi sekitar 1 m hingga tertinggi mencapai 4,5 m 
5)        Memiliki akar, batang dan daun sejati. 
6)        Berasal dari genus Equisetum.
7)        Pada saat zaman purba, tinggi sphenopsida tingginya mencapai 15 m.


2.2     Klasifikasi Equisetophyta
Menurut Tjitrosoepomo Gembong dalam buku Taksonomi Tumbuhan, Equisetophyta atau paku ekor kuda dibedakan dalam beberapa bangsa (Ordo). Bangsa tersebut yaitu:

             2.2.1     Bangsa Equisetales
     Tumbuhan bangsa equisetales ini sebagian hidup di darat dan di rawa-rawa. Di dalam tanah, tumbuhan ini mempunyai semacam rimpang yang merayap., dengan cabang yang berdiri tegak. Biasanya cabang yang berdiri tegak itu hanya mencapai umur 1 tahun.

             2.2.2     Bangsa Sphenophyllales
Tumbuhan dari bangsa ini hanya dikenal sebagai fosil dari zaman palaeozoikum. Daun-daunnya menggarpu atau berbentuk pasak dengan tulang-tulang yang bercabang menggarpu, tersusun berkarang, dan tiap karangan biasanya terdiri atas 6 daun.

             2.2.3     Bangsa Protoarticulatales
Warga bangsa ini pun telah menjadi fosil. Tumbuhan itu telah mulai muncul di atas bumi pada pertengahan zaman devon. Diantara yang paling terkenal ialah anggota marga rhynia, berupa semak-semak kecil yang bercang-cabang menggarpu, daunnya tidak beraturan dan helaiannya sempit.

2.3     Reproduksi Equisetophyta
Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan mengandung klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat kelamin jantan (anteridium), dan ada juga menghasilkan alat kelamin betina (arkegonium). Gametofit jantan akan tumbuh dari spora jantan, sedangkan betina akan tumbuh dari spora betina.                    

2.4     Peranan Equisetophyta
Tumbuhan paku ekor kuda ini memiliki peranan bagi kehidupan manusia. Diantaranya yaitu:
1)        Equisetum digunakan untuk obat anti diuretik (Diuretik adalah melancarkan pengeluaran urine dan Selaginella (obat luka)).
2)        Batang paku ekor kuda (Equisetum) yang dikeringkan dapat dipakai untuk alat pembersih (penggosok).

2.5     Karakteristik Pterophyta
Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium nidus), suplir (Adiantum cuneatum), Paku sawah (Azolla pinnata), dan Dicksonia antarctica. 
                         
ciri-ciri paku sejati (pterophyta) adalah sebagai berikut...
·         Memiliki akar, batang, dan daun sejati. 
  • Kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis 
  • Dapat ditemukan di habitat yang lembab dan Hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon. 
  • Memiliki ukuran batang yang bervariasi 
  • Batang berada dibawah permukaan tanah (rizom). 
  • Daun paku sejati memiliki ukuran yang besar dibanding dengan kelompok paku yang lainnya. 
  • Pada umumnya, daun paku sejati memiliki ukuran yang besar (makrofil) yang terbagi menjadi lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang. 
  • Daun yang masih mudah akan menggulung (circinate)
  • Sporangium terkumpul dalam sorul yang berada dibawah permukaan daun. 
  • Gametofit bersifat biseksual dan uniseksual. 
  • Gametofit memiliki klorofil dengan ukuran yang bervariasi. 
2.6     Klasifikasi Pterophyta
Tumbuhan paku ini memiliki tiga anak kelas, yaitu Eusporangiate, Leptosporangiate dan Hydropterides. Di dalam anak kelasnya sendiri terbagi dalam beberapa bangsa.

             2.6.1     Anak Kelas Eusporangiate
Tumbuhan yang tergolong dalam anak kelas ini kebanyakan berupa terna. Protalium dibawah tanah dan tidak berwarna, atau diatas tanah berwarna hijau. Protalium selalu mempunyai cendawan endofitik. Anak kelas ini dibedakan dalam dua bangsa, yaitu:
                              2.6.1.1     Bangsa Ophioglossales
                              2.6.1.2     Bangsa Marattiales

             2.6.2     Anak Kelas Leptosporangiate
Tumbuhan ini paling banyak terdapat di daerah tropika, meliputi jenis-jenis paku dari yang terkecil (hanya beberapa mm saja) sampai yang terbesar (yang berupa pohon). Leptosporangiate dibedakan dalam 3 golongan, yaitu:
1)   Simplices
2)   Gradatae
3)   Mixtae

             2.6.3     Anak Kelas Hydropterides
Tumbuhan yang tergolong dalam Hydropterides hampir selalu berupa tumbuhan air atau tumbuhan rawa. Meskipun dengan adanya penyesuaian diri dengan hidup dalam air itu terjadi sifat-sifat yang menyimpang dari Filicinae lainnya, akan tetapi tidak sukar untuk menunjukan adanya hubungan dengan Filicinae.
Hydropterides meliputi dua suku, yaitu :
a.    Suku Salviniaceae, paku air yang mengapung dengan bebas pad apermukaan air, hanya sedikit bercabang-cabang.
b.    Suku Marsileaceae, hidup di paya-paya atau tidur di air yang dangkal, berakar dalam tanah, jarang berupa tumbuhan darat sejati.

2.7     Reproduksi Pterophyta
Sporofit Pteropsida memiliki akar,batang, dan daun. Ukuran batang pteropsida itu sendiri bervariasi ada yang kecil dan besar seperti pohon. Pada batang paku sejati ini berada dibawah permukaan tanah (rizom) sedangkan Daun pterospida memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang lainnya. Pada umumnya daun paku sejati memiliki bentuk seperti lembaran yang berukuran besar (makrofil) yang majemuk atau terbagi menjadi beberapa lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang. Daun yang masih mudah akan menggulung (circinate). Pteropsida memiliki sporofil (daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun yang digunakan untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora).  Pada sporofil terdapat sporangium yang terkumpul dalam sorus dibawah bawah permukaan daun. Pada Pteropsida yang hidup di air, sporangium berkumpul dalam sporokarp. Gametofit pterospsida memiliki klorofil yang berukuran bervariasi yang disebtu dengan protalium. Gametofit bersifat biseksual dan uniseksual. Contoh Jenis Paku Sejati (Pteropsida) adalah adiantum fimbriatum, marsilea crenata, Asplenium nidus,

2.8 Manfaat Pterophyta bagi Manusia
1)   dimanfaatkan sebagai makanan.
Satu ons pakis dapat menambahkan hingga sepuluh kalori. Ini adalah sumber protein yang baik dan zat besi yang dikandung oleh tanaman ini. Pakis mengandung vitamin A dan C, fosfor, kalium, dan kalsium. Hal ini menjadikan rendah kolesterol dan mengandung sodium. Vitamin A memberikan manfaat untuk kesehatan mata yang lebih baik, dan vitamin C dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan membantu dalam produksi kolagen dalam tubuh. Fosfor dan kalsium diperlukan untuk kesehatan tulang dan gigi.
2)   untuk pengendalian serangga hama.
3)   digunakan dalam dekorasi.
4)   Digunakan sebagai obat.
5)   Untuk menyembuhkan parasit, sakit perut dan antihiperglikemia.
6)   Sebagai antioksidan yang baik dan anti bakteri
Karena daun pakis mengandung flavanoid sehingga dapat menjadi seumber antioksidan. Fungsinya adalah untuk menangkal radikal bebas untuk sel tubuh manusia jika mengkonsumsinya. Tentunya manfaat nyata yang dapat dirasakan adalah mencegah penuaan lebih cepat juga berbagai penyakit degeneratif yang muncul karena radikal bebas. Kemudian fungsi sebagai antibakteri adalah manfaat yang didapatkan dari flavanoid dengan protein ekstraseluler sehingga membentuk suatu senyawa yang kompleks dan menghambat pertumbuhan sel-sel bakteri. Manfaat dari antibakteri ini adalah dapat digunakan sebagai bahan pengawet di bahan pangan lainnya.




BAB III
PENUTUP



3.1  Kesimpulan
   Tumbuhan paku adalah satu divisio tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya. Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan generatifnya, sama seperti lumut dan fungi.
            Tumbuhan paku kelas Equisetophyta, memiliki rhizoma yang pada ujungnya terdapat strobilus dimana struktur anatomi batang tersebut terdapat sporangia. Sporangium akan menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, namun ada juga yang berjenis jantan maupun betina, sehingga paku ekor kuda disebut juga sebagai paku peralihan (menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama besar tetapi sebagian berkelamin jantan dan ada yang betina). Sedangkan tumbuhan paku kelas Pterophyta, Tumbuhan paku ini memiliki tiga anak kelas, yaitu Eusporangiate, Leptosporangiate dan Hydropterides.

3.2 Saran
Banyak dari kita menganggap bahwa tumbuhan paku adalah tanaman pengganggu. Padahal banyak sekali manfaat yang bisa di dapat dari tumbuhan paku itu sendiri. Contohnya kelakai yang tumbuh di daerah basah dan tergenang memiliki banyak khasiat sebagai obat penambah darah.
            Dengan menganggap tumbuhan paku sebagai tanaman pengganggu maka secara langsung sudah mengancam kelestarian tumbuhan paku juga. Oleh karena itu, diharapkan kita untuk bisa menjaga kelestarian alam yang ada. Dan dengan mengetahui nama-nama spesies tumbuhan paku serta mengenal jenis tumbuhannya kita juga dapat menambah wawasan tentang kerajaan tumbuhan. Serta ikut memanfaatkan alam secara bijaksana.


DAFTAR PUSTAKA



Tjitrosoepomo Gembong. 2011.  Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Campbell, Reece, & Mitchell. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hariyanto Sati. 2015. Buku Pintar Superkomplet Biologi. Yogyakarta: Literindo.
http://faizalkhan-faizal.blogspot.co.id/2010/09/manfaat-tanaman-paku.html